Review : Starters

Starters

Starters

Penulis : Lissa Price

Penerjemah : Bonni Rambatan

Penyunting : Donna Widjajanto

Perancang Sampul : Teguh Pandirian

Pemeriksa Aksara : Ratna Fitria Utami, Gina S. Noer

Penata Aksara : Wibi

Penerbit : PlotPoint Publisihing (PT Bentang Pustaka)

ISBN : 978-602-9481-22-8

Cetakan : I (November, 2012)

Jumlah Halaman : 467 hlmn

*

šBLURB›

Ini masa depan. Saat dunia nyaris hancur akibat Perang Spora dan kini hanya tersisa Starter—anak-anak serta remaja—dan Ender, manula. Mereka yang berumur di antaranya sudah punah.

Callie adalah Starter yang menyewakan tubuhnya di Prime Destinations. Di sana para Ender bisa menyewa tubuh untuk menjadi muda lagi. Penyewa masuk ke dalam tubuh Callie dan menjadi dirinya lewat neurochip yang ditanam di kepalanya. Ini cara Callie untuk mempertahankan hidupnya dan adiknya.

Tapi, bertahan hidup hanyalah permulaan.

Suatu hari neurochip mengalami malfungsi. Callie tersadar di tubuhnya saat masa sewa belum selesai. Semua orang mengira dia adalah Ender penyewanya. Ini adalah kehidupan baru Callie, bahkan mungkin ini jawaban masalah hidupnya, sampai dia mengetahui rencana mematikan penyewanya.

*

“Penggemar THE HUNGER GAMES akan jatuh cinta.”

—Kami Garcia, penulis New York Times Bestseller

Beautiful Creatures

Mungkin karena endorsement yang menyangkutpautkan trilogi keren macam The Hunger Games dan kata-kata jatuh cinta yang menyebabkan saya, pada suatu siang nan teramat panas di Kota Depok, memutuskan untuk membeli novel ini. Atau mungkin karena diskon yang cukup asoy yang diberikan TM Bookstore saat itu. Ehe.

Dan apakah saya, penggemar nomor wahid The Hunger Games Trilogy, jatuh cinta kepada buku ini?

Cuskeun baca review-an saya.

Berkisah tentang Starter bernama Callie Woodland dan adiknya, Tyler Woodland, yang mencoba untuk tetap bertahan hidup di dunia yang nyaris hancur akibat Perang Spora. Bersama-sama dengan Michael—Starter lain yang baru saja mereka kenal—mereka hidup nomaden dari satu gedung tua yang tak terpakai ke gedung tua lainnya.

Nasib para Starter saat itu sangatlah mengenaskan. Tiap-tiap Starter yang sudah tidak memiliki sesiapa lagi, diburu untuk kemudian dipekerjakan secara paksa demi membangun infrastruktur yang lebih layak bagi kaum Ender. Dan dengan kata lain…

Perbudakan.

Suatu hari, gedung yang ditinggali sementara oleh mereka bertiga, diambil alih secara paksa oleh salah satu Ender kaya sehingga mengharuskan mereka untuk lari dari kejaran para penjaga keamanan agar tak tertangkap. Mereka pada akhirnya selamat, namun hal ini malah membulatkan tekad Callie untuk pergi menyewakan tubuhnya kepada kaum Ender yang nantinya difasilitasi oleh Prime Destination.

Prime Destination, atau dikenal juga sebagai Bank Tubuh, adalah pihak ketiga yang menyediakan tubuh-tubuh Starter untuk digunakan para Ender, agar mereka dapat sekali lagi merasakan bagaimana rasanya menjadi muda dan kuat. Tubuh-tubuh manula yang dimiliki Ender tentunya tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bungee jumping, berkuda, mendaki gunung, ataupun olahraga ekstrim lainnya. Lah iya, bisa rontok itu tulang. Ehe.

Dan bagi para Starter yang bersedia menyewakan tubuhnya, nantinya akan diberikan imbalan berupa sejumlah uang, yang bagi Callie berarti biaya apartemen selama setahun dan biaya berobat bagi Tyler yang kesehatannya semakin lama semakin memburuk.

Di Prime Destination, Callie bertemu dengan Mr. Tinnenbaum beserta krunya yang selalu siap untuk menanamkan neurochip ke dalam kepalanya, chip yang digunakan sebagai media bagi para Ender untuk dapat menggunakan tubuh Callie. Namun sebelum proses penanaman neurochip tersebut, Callie tak sengaja bertemu dengan pemimpin Prime Destination itu sendiri, Pak Tua.

Selama dua kali proses penyewaan, Callie hanya tertidur pulas dan bangun beberapa hari setelahnya. Tidak ada hal yang penting dan berarti yang terjadi. Namun, tepat seminggu setelah ia disewa untuk ketiga kalinya, ia terbangun. Ia terbangun di tengah-tengah bingar klub malam, dan juga di tengah-tengah masa sewanya.

Callie yang kebingungan karena terbangun di tengah masa sewanya yang belum selesai, harus berpura-pura menjadi Ender yang menyewa tubuhnya, Helena Winterhill. Kejadian demi kejadian selanjutnya benar-benar tidak masuk akal baginya. Pernah suatu saat, ia jatuh pingsan—usai berkencan dengan Blake, Starter yang juga cucu dari seorang Senator—lalu kemudian terbangun kembali di tempat tidur dengan pistol jenis Glock 85 lengkap dengan peredam suara di tangan. Hal ini tentu mengejutkannya.

Mengapa ia bisa pingsan lalu bangun kembali dengan pistol dalam genggaman?

Apakah penyewanya, Helena Winterhill, telah dapat kembali menguasai tubuhnya dan memakainya untuk… untuk membunuh seseorang?

Callie mencari jawaban atas pertanyaan ini seorang diri, dengan tetap memakai kedok Ender penyewanya. Dan dalam misinya ini, ia bertemu dengan Lauren yang merupakan sahabat Helena. Lauren tak tahu menahu jikalau tubuh Callie sudah tak lagi dikuasai sahabatnya, dan hal ini dimanfaatkan betul oleh Callie untuk menggali informasi lebih lanjut tentang tujuan Helena menyewa tubuh Starter di Prime Destination. Dan informasi yang diberikan Lauren amatlah mengejutkan.

Ternyata benar. Alasan Helena menyewa tubuh Callie adalah untuk membunuh seseorang, dan juga untuk menghancurkan Prime Destination.

Mengapa?

Geura beli bukunya atuhlah aikamu. Ehe.

Oh, ya… selain endorsement yang membuat saya tergelitik untuk membeli, ada satu hal lainnya yang menurut saya teramat keren, yaitu kover novelnya.

Bisa dilihat di atas, kovernya mampu dengan begitu apik menggambarkan tema yang diangkat di novel ini, tentang manula dan juga anak-anak. Lalu warna-warna gelap yang digunakan oleh perancang sampul, Mas Teguh Pandirian, sukses merepresentasikan nuansa thriller yang kelam yang ada di dalam novel ini.

Lissa Price, sebagai penulis yang baru saya kenal lewat Starter ini, cukup berhasil meramu hal-hal intrinsik dalam sebuah novel. Walaupun genre dystopia telah menjadi hype, lihat saja The Hunger Games, Divergent, atau The Maze Runner, Mbae Lissa mampu mengangkat sebuah ide yang menurut saya sangat orisinil. Bagaimana rasanya hidup di dunia yang hanya ada anak-anak dan manula?

Baca Starter makanya! Ehe.

Saat pertama kali membaca novel ini, aikamu pasti akan terkesan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh Callie Woodland. Gadis itu pintar juga pemberani, hingga mau menyewakan tubuhnya sendiri demi mendapatkan biaya berobat untuk adiknya.

Bukankah sifat-sifat seperti itu yang dimiliki oleh kesatria?

Namun sayangnya, entah sengaja atau tidak, latar belakang dan karakteristik tokoh-tokoh lain selain tokoh utama, sepertinya tidak begitu serius digali atau diekspos. Mungkin porsi dan frekuensi kemunculannya kurang banyak. Mungkin karena nantinya semua akan mendapatkan porsi lebih banyak, di buku selanjutnya. Atau mungkin karena memang Mbae Lissa sengaja.

Akibatnya, kesan yang timbul dalam diri saya pribadi seperti; Oh… Tyler yang itu… Michael yang ini… Blake begitu… Dengan kata lain, tidak berkesan dan hanya seperti cameo saja.

Eh, ralat. Khusus untuk Blake, Mbae Lissa sukses memberikannya twist yang membuat saya tercengang-cengang. Ehe ehe.

Dengan alur yang maju mundur, Mbae Lissa juga terasa kurang apik dalam meng-flashback-kan betapa Perang Spora mampu menghasilkan impact yang begitu dahsyat lama setelahnya. Latar yang diciptakan juga agak kurang nganu menurut saya. Mbae Lissa belum benar-benar bisa menggambarkan dystopia yang sesungguhnya. Hal ini dapat dimaklumi, sebab genre dystopia ini, menurut saya, adalah salah satu genre yang paling sulit untuk diramu sedemikian rupa.

Tetapi, di atas itu semua, Mbae Lissa cukup mampu memengaruhi emosi pembacanya. Bahkan saya hampir berderai air mata di salah satu scene, ketika Callie berusaha keluar dari penjara khusus para Starter dengan dibantu gadis polos pemberani bernama Sara. Sampai sekarang masih keingetan : (

Eh, iya… Hampir kelupaan satu hal paling penting dalam review saya ini. Apakah itu? Yap benar…

TYPO.

Setelah tiga kali typo saya temui, maka yang ada hanyalah typophobia yang kumat. Saya perkirakan, ada lebih dari delapan typo yang saya temui. Sad : (

Tapi tenang saja, buat Fantasy Lover, apalagi Dystopia Lover, buku ini layak untuk ada di dalam rak buku kalian semua. Dan buat Romance Lover, kalem lur, kalian pasti dibuat penasaran sama kisah cinta segitiga Michael-Callie-Blake.

Bikos, dis buk worth diis stars…

Bintang 3

Hooray!!!

P.S.

Saya bukan pencari quote yang baik, ehe, jadi hampurasun kalau saya nggak bisa menebar quotes di review saya kali ini.

3 thoughts on “Review : Starters

  1. Kalau sendirinya sudah menemukan cara bagaimama menulis review yang nyaman dan pewe, ya sudah pertahankan saja.

    And I think this book is worth enought to be compared with The Hunger Games series.

    Ps: so many “ehe” lols

    Like

    • Hehe makasih mbae, semua juga karena dicontohin plus dikomen sama mbae dan reviewer reviewer lain.
      Dan saya juga udah mulai share di akun akun blog kayak warung blogger dll, itu untuk menjangkau reader yang lebih luas lagi kan ya?
      Ada lagi gak kira kira mbae tipsnya?

      Like

Leave a reply to zenashura Cancel reply